Pinjal Kucing

pinjal

PINJAL PADA ANJING DAN KUCING

Pinjal termasuk ordo Siphonaptera yang mulanya dikenal sebagai ordo Aphniptera. Terdapat sekitar 3000 spesies pinjal yang masuk ke dalam 200 genus. Sekarang ini baru 200 spesies pinjal yang telah diidentifikasi (Zentko, 1997).

Seringkali orang tidak dapat membedakan antara kutu dan pinjal. Pinjal juga merupakan serangga ektoparasit yang hidup pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya terutama hewan peliharaan seperti kucing, dan anjing (Soviana dkk, 2003).

Secara morfologi perbedaan yang jelas anatara kutu dan pinjal yang sama-sama tidak bersayap adalah bahwa tubuh pinjal dewasa yang pipih bilateral., sedangkan kutu tubuhnya pipih dorsoventral. Dengan demikian bentuk pinjal secara utuh dapat dilihat dari pandangan samping. Bentuk tubuhnya yang unik ini ternyata amat sesuai dengan habitatnya diantara bulu atau rambut inangnya. Pengenalan pinjal secara mudah adalah apabila kita mengelus kucing, dan tiba-tiba secara sekelebat kita menemukan makhluk kecil yang melintas diantara bulu-bulu kucing dan kemudian menghilang (Soviana dkk, 2003).

Gigitan pinjal ini dapat menimbulkan rasa gatal yang hebat kemudian berlanjut hingga menjadi radang kulit yang disebut flea bites dermatitis. Selain akibat gigitannya, kotoran dan saliva pinjal pun dapat berbahaya karena dapat menyebabkan radang kulit (Zentko, 1997).

 

Pinjal Kucing dan Anjing

Klasifikasi:
a. Domain        : Eukaryota
b. Kingdom     : Animalia
c. Phylum        : Arthropoda
d. Class           : Insecta
e. Ordo            : Siphonaptera
f. Family          : Pulicidae
g. Genus          : Ctenocephalides
h. Species        : C. Felis ( Pada Kucing )

  1. Canis ( Pada Anjing )

Ciri-ciri pinjal kucing dan anjing :

  1. Tidak bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat besar.
  2. Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang mengarah ke belakang dan rambut keras.
  3. Sungut pendek dan terletak dalam lekuk-lekuk di dalam kepala.
  4. Bagian mulut tipe penghisap dengan 3 stilet penusuk.
  5. Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-imago).
  6. Telur tidak berperekat, abdomen terdiri dari 10 ruas.
  7. Larva tidak bertungkai kecil, dan keputihan.
  8. Memiliki 2 ktinidia baik genal maupun pronatal.

Perbedaan jantan dan betina:

  1. Jantan : tubuh punya ujung posterior seperti tombak yang mengarah ke atas, antena lebih panjang dari betina.
  2. Betina : tubuh berakhir bulat, antena lebih pendek dari jantan.

steno

Ctenocephalides felis Betina

jantan

Ctenocephalides felis Jantan

canis

Ctenocephalides Canis

 

Siklus hidup:

Telur akan menetas 2-10 hari menjadi larva yang makan darah kering (yang dikeluarkan pinjal dewasa), feses, bahan organik lainnya. Larva juga membuat pupa dengan menyilih 2 kali. Stadium larva berlangsung 1-24 minggu. Pupa dapat hidup selama 1 minggu sampai 1 tahun tergantung faktor lingkungan.

Pinjal ini dapat sebagai hospes intermedier dari Dypillidium caninum, dan menyebabkan gatal dan iritasi pada tubuh hospes (kucing).

siklus hidupsiklus hidup

 

Gejala klinis

Gejala yang sering nampak dari gigitan Ctenocephalides felis adalah rasa gatal atau dalam dunia veteriner sering disebut dengan allergic fleabite dermatitis.

cten

Ctenocephalides felis diantara bulu

Diagnosis

Diagnosis Ctenocephalides felis dan Ctenocephalides Canis sama yaitu kucing dan anjing dapat dilakukan dengan melihat adanya kotoran seperti butiran pasir diantara bulu kucing, dan biasanya Ctenocephalides dapat ditemukan pada daerah yang berbulu lebat seperti pada bagian leher.
Ekologi Pinjal

Menurut Susanti (2001), kehidupan pinjal dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :

  1. Suhu dan Kelembaban

Perkembangan setiap jenis pinjal mempunyai variasi musiman yang berbeda-beda. Udara yang kering mempunyai pengaruh yang tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidup pinjal. Suhu dalam sarang tikus lebuh tinggi selama musim dingin dan lebih tendah selama musim panas daripada suhu luar. Suhu didalm dan diluar sarang memperlihtkan bahwa suhu didalam sarang cncerung berbalik dengan suhu luar.

  1. Cahaya

Beberapa jenis pinjal menghindri cahaya (fototaksis negatif). Pinjal jenis ini bisaanya tidak mempunyai mata. Pada sarang tikus yang kedalamannya dangkal populasi tidak akan ditemukan karena sinar matahari mampu menembus sampai dasar liang. Sedangkan pada sarang tikus yang kedalamannya lebih dalam dan mempunyai jalan yang berkelok, sinar matahari tidak dapat menembus sampai ke dasar liang. Sehingga pada sarang tikus ini banyak ditemukan pinjal.

  1. Parasit

Bakteri Yersinia pestis di dalam tubuh pinjal merupakan parasit pinjal yang mempengaruhi umur pinjal. Pinjal yang mengandung bakteri pes pada suhu 10-150C hanya bertahan hidup selama 50 hari, sedangkan pada suhu 270C betahan hidup selama 23 hari. Pada kondisi normal, bakteri pes akan berkembang cepat, kemudian akan menyumbat alat mulut pinjal, sehingga pinjal tidak bisa menghisap darah dan akhirnya mati.

  1. Predator

Predator pinjal alami merupakan faktor penting dalam menekan populasi pinjal di sarang tikus. Beberapa predator seperti semut dan kumbang kecil telah diketahui memakn pinjal pradewasa dan pinjal dewasa.

Makanan Pinjal

Pinjal pradewasa mempunyai struktur mulut, organ anatomi dan fisiologi yang berbeda dengan pinjal dewasa, sehingga jenis makanan yang dikonsumsi juga berbeda. Makanan larva pinjal terdiri dari bahan-bahan organic yang ada disekitarnya, seperti darah yang dikeluarkan melalui organ ekskresi pinjal (anus), bahan organic yang kaya akan protein dan vitamin B. Bila bahan-bahan makanan tersebut terpenuhi, maka larva pinjal akan tumbuh secara maksimum.

Pinjal, baik jantan maupun betina merupakan serangga penghisap darah. Bagi pinjal betina, darah diperlukan untuk perkembangan telur. Pinjal akan sering menghisap darah di musim panas daripada musim penghujan atau dingin, karena di musim panas pinjal cepat kehilangan air dari tubuhnya.

Pengobatan

Pengobatan dilakukan dengan obat anti kutu. Obat anti kutu hanya membunuh pinjal dewasa, pemberian obat anti kutu perlu disesuaikan agar siklus hidup pinjal bisa kita hentikan. Pemberian obat perlu diulang agar pinjal dewasa yang berkembang dari telur dapat segera dibasmi sebelum menghasilkan telur lagi.

Berikut ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk membasmi pinjal :

Suntikan Ivermectin

Banyak orang salah kaprah menyebut suntikan ivermectin adalah suntikan anti jamur. Sebenarnya ivermectin tidak dapat membasmi jamur. Ivermectin dapat dipergunakan untuk membasmi cacing dan ektoparasit seperti kutu (pinjal, caplak dan tungau). Sepertihalnya obat lain, ivermectin hanya membunuh cacing/kutu dewasa, tidak membunuh telurnya. Oleh karena itu diperlukan setidaknya 3 kali suntikan ivermectin dengan jarak 3-4 minggu. Injeksi ivermectin harus dilakukan dengan hati-hati pada kucing umur kurang dari 4 bulan *. Suntikan ivermectin tidak dianjurkan pada anak kucing berumur kurang dari 2 bulan, karena dapat menyebabkan keracunan dan mengganggu perkembangan ginjal.

Untuk pencegahan cacing & kutu pada kucing dewasa, suntikan ivermectin dapat dilakukan 2-4 kali setiap tahunnya.

 

Obat Tetes & Spray

Ada banyak obat tetes & spray anti kutu yang di jual di petshop-petshop, seperti Accurate â„¢ dan Frontline â„¢. Perhatikan aturan pakai setiap obat, biasanya obat-obatan tersebut tidak dianjurkan digunakan pada kucing dibawah umur 2 bulan.

 

Obat tetes biasanya diteteskan di kulit pangkal kepala di bagian belakang, dimana kucing tidak bisa menjilat bagian tersebut. Obat tetes Frontline cukup efektif membasmi kutu/pinjal selama 1 bulan. Agar tuntas sebaiknya diulang 1 bulan kemudian.

 

Untuk pencegahan, pemberian obat tetes dapat dilakukan 2-3 kali setahun

 

 

Shampoo anti kutu

Shampoo anti kutu cocok digunakan pada anak kucing berumur kurang dari dua bulan yang belum dapat diobati anti kutu lainnya. Beberapa pemilik kucing dewasa juga lebih menyukai cara ini karena selain dapat membasmi kutu/pinjal, juga membuat kucing lebih bersih. Pada saat memandikan, sebaiknya shampoo digunakan dua kali. Basahi rambut kucing secara merata, tambahkan shampoo secara merata, bersihkan dan bilas dengan air (air hangat). Kemudian setelah bersih tambahkan kembali shampoo, ratakan, biarkan + 5-10 menit baru kemudian dibersihkan. Setelah bersih keringkan dengan handuk dan hairdryer. Agar tuntas sebaiknya mandi shampoo anti kutu diulang dua minggu kemudian. Setelah itu, untuk tujuan pencegahan, pemberian shampoo dapat dilakukan 1 bulan sekali.

 

Pada kasus parah disertai komplikasi, diperlukan kombinasi beberapa cara sekaligus. Dan yang tidak kalah penting adalah membersihkan kandang, lantai dan tempat tidur kucing. Karena telur kutu bisa saja terdapat di sela-sela kandang, retakan lantai atau alas tidur kucing.